GORONTALO - Masjid sebagai salah satu fasilitas yang dimiliki sebuah perguruan tinggi harus mampu memberikan manfaat lebih bagi masyarakat sekitar, yang tidak hanya sebagai pusat kegiatan ibadah semata, namun juga lebih dimaksimalkan perannya sebagai pusat syiar islam bagi masyarakat.

"Selain sebagai sarana ibadah, masjid juga merupakan pusat perkembangan pengetahuan agama dan syiar islam di lingkungan kampus dan masyarakat," ungkap Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Prof. H. Muhamad Nasir, Ph.D, Ak, disela-sela pengresmian sejumlah infrastruktur kampus, yang diantaranya masjid Sabirularsyad Universitas Negeri Gorontalo, Jumat (1/4).

Menurut Menristekdikti, sebuah masjid dibangun tujuannya untuk rahmatan lilalamin, sehingga jangan biarkan tempat yang suci di lingkungan kampus tersebut menjadi tempat perkembangan fraksi-fraksi dalam Islam, maupun perkembangan paham radikalisme.

"Masjid kampus harus juga berperan sebagai penangkal aliran sesat dan radikalisme yang tentunya harus dimotori langsung oleh mahasiswa itu sendiri," ujar Menristekdikti.

Sementara itu, Rektor UNG Prof. Dr. Syamsu Qamar Badu, M.Pd, mengatakan, ia dan seluruh civitas akademika UNG berkeinginan untuk memaksimalkan fungsi Masjid Syabirularsyad sebagai pusat syiar islam di Gorontalo. Terlebih dengan jumlah mahasiswa mencapai 20 ribu orang, dosen dan staff sekitar 1000 orang, akan menjadi modal awal dalam mewujudkan obsesi menjadikan masjid ini sebagai pusat pengembangan keislaman di Gorontalo.

“Kampus sebagai lingkungan intelektual, yang didalamnya juga memiliki orang-orang yang ahli dibidang keagamaan, tentu akan sangat berperan untuk menjadikan masjid ini sebagai pusat pengembangan keislaman,” terang Rektor.

Untuk mewujudkan keinginan tersebut kata Rektor, UNG juga ditunjang dengan kondisi masyarakat Gorontalo yang religius. “Dan tentu saja, akan ada banyak sekali program yang akan kita kembangkan dalam mendukung Masjid Kampus sebagai pusat syiar islam di Gorontalo,” tutur Rektor. (wahid)