Sumber : Liputan6.com

Para perwakilan pelantun tradisi Me’raji Gorontalo dari setiap kabupaten/kota di Gorontalo berkumpul di Universitas Negeri Gorontalo pada Sabtu (12/2), dalam rangka Focus Group Discussion (FGD) bertema “Lokalitas Islam Gorontalo: Revitalisasi Naskah Me’raji sebagai Bentuk Inovasi Kebudayaan Gorontalo”.

Penulisan kembali naskah Me’raji ini menjadi salah satu agenda fokus yang didorong oleh Pusat Inovasi UNG tahun ini yang disambut dengan begitu hangat oleh Dr. Eduart Wolok, S.T., M.T., IPM.

Bagi Eduart, perguruan tinggi memiliki andil dalam menggali khazanah lokalitas Gorontalo yang sudah ada, menelitinya, hingga mengonservasinya. Apalagi menurutnya, ada banyak pelantun tradisi Me’raji yang hanya bermodalkan kitab copy-an, lusuh dan tua. Padahal, para pelantun ini sedang membacakan kisah-kisah Nabi Muhammad SAW yang mulia.

Selain itu, Eduart yang juga diamanatkan sebagai Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Gorontalo ini menyatakan bahwa upaya awal ini merupakan komitmen kita bersama terhadap rekognisi ciri khas Islam Gorontalo.

“Islam itu sifatnya shahih dalam setiap zaman dan waktu, sehingga, manakala ia berjumpa dengan lokalitas masyarakat setempat, Islam akan menjadi ruh dari setiap tradisi masyarakat yang salah satunya melahirkan Naskah Me’raji Gorontalo”, pungkasnya.

Tidak tanggung-tanggung, Eduart bahkan berharap agar agenda yang mulia ini tidak hanya berakhir pada penulisan kembali, melainkan juga pada konferensi internasional yang akan diselenggarakan oleh UNG dengan mengundang para filolog kenamaan dunia untuk ikut mengenalkan dan mengkaji naskah Me'raji Gorontalo.

Selain itu, UNG juga berkomitmen agar Naskah Me’raji Gorontalo dapat menjadi salah satu Pokok Pikiran Kebudayaan Gorontalo lewat UU No. 5 Tahun 2017 demi mengonservasi dan mendapat perhatian dari pemerintah.