UNG (HUMAS) – Jurusan Bahasa Inggris Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo kembali gelar pentas Cross Cultural Understasnding (CCU) pada Rabu (13/01) di Gedung Indoor UNG. Acara yang sebelumnya selalu spektakuler ini kembali di gelar dengan tema yang berbeda yakni “Nature, Equality and Love” hal ini dapat dilihat dari pementasannya yang banyak mengangkat tentang alam, persamaan hak dan cinta.

CCU sendiri merupakan salah satu mata kuliah mengenai budaya-budaya dunia yang kemudian dipentaskan oleh mahasiswa yang megambil mata kuliah tersebut. Budaya yang ditampilkan oleh setiap kelas berbeda sesuai dengan yang sudah ditentukan yakni Amerika, Eropa, India, Indonesia, serta Oriental. Pentas ini adalah pengganti Ujian Akhir Semester bagi mahasiswa yang mengambil mata kuliah tersebut.

“Memperkenalkan budaya tidak bisa hanya lewat ceramah, untuk mengajarkan nilai-nilai budaya dengan skala besar di belahan dunia manapun adalah melalui pentas. Jadi kita memilih cara itu,” ungkap Direktur CCU sekaligus Sekretaris Jurusan Bahasa Inggris Zulkifli Tanipu, S.Pd, MA.

Pementasan CCU sendiri menurut Zulkifli selalu berbeda, bukan hanya dari tema tetapi juga desain pangggung, artistic, lighting hingga kekuatan sound system-nya semakin baik setiap tahunnya. Melalui pementasan ini kata Zulkifli “mahasiswa diberi kebebasan untuk berkreatifitas dan menjadi diri sendiri” dan dosen ada untuk mendukung serta memfasilitasi ide-ide kreatif mahasiswa. Ia menuturkan “Hal inilah yang membedakan Jurusan Bahasa Inggris dengan jurusan-jurusan lain, kita member ruang yang seluas-luasnya bagi kreatifitas mahasiswa asalkan tidak menyimpang dari nilai dan norma agama”. Ia menambahkan, melalui CCU mahasiswa juga diajarkan disiplin waktu, toleransi dan kebersamaan.

Hal yang sama juga dituturkan Ketua Jurusan Novi Rusnarty Usu, S.Pd, MA. Menurutnya setelah CCU mahasiswa biasanya menjadi lebih toleransi terhadap perbedaan karena mereka harus menampilkan bersama. “Kegiatan-kegiatan seperti ini dari pengalaman kami bagus untuk menumbuhkan kepercayaan diri, juga supaya mereka bisa belajar untuk lebih bertoleransi. They are more tolerable, mereka belajar bahwa pentas tidak bisa dijalankan sendiri, sehingga tidak ada yang merasa hebat,” ungkap Novi.

Meski demikian kata Novi meskipun mahasiswa mementaskan budaya-budaya dari Negara-negara yang berbeda, setelah pentas mereka tetap akan tetap menjadi anak-anak muda Indonesia yang baik “bukan berarti setelah pentas mereka tiba-tiba berubah tingkah lakunya menjadi seperti orang Amerika, Eropa dan lain-lain”.

Baik Ketua Jurusan maupun Sekretaris Jurusan, keduanya berharap selanjutnya kegiatan ini dapat difasilitasi lebih baik lagi terutama terkait gedung latihan serta panggung pertunjukkan. Karena selama ini penonton CCU-pun semakin bertambah dan melebihi kapasitas gedung yang ada. Selanjutnya mereka berharap kegiatan ini menjadi lebih baik, detail-detail yang menjadi kekurangan setiap tahun dapat terus diperbaiki. Karena menurut mereka, selain berguna untuk mahasiswa kegiatan ini juga berguna sebagai sarana promosi bagi universitas.

“Karena untuk mempromosikan kampus tidak bisa hanya dengan leaflet, tetapi juga melaui kegiatan pentas seperti ini juga” pungkas Novi Rusnarty Usu. Kegiatan ini ditampilkan oleh lima kelas, semester 3 Jurusan Bahasa Inggris. Tahun ini merupakan tahun ke-7 mata kuliah ini dipentaskan. (susan)