Pendidikan Berbasis Kebudayaan Memperkuat Identitas Bangsa

Oleh: Lenny DJ. Muda . 7 Mei 2021 . 12:53:18

Kemendikbud  Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Arief Rachman menekankan pentingnya pendidikan yang berbasis kebudayaan untuk memperkuat identitas bangsa. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa terdapat beberapa unsur untuk mengembangkan pendidikan berbasis kebudayaan.

“Takwa, fleksibel, keterbukaan, ketegasan, berencana, mandiri, toleransi, disiplin, berani ambil resiko, sportif, setia kawan, integritas, orientasi masa depan,” ungkap Arief dalam pidatonya secara daring di Jakarta (5/5). Ia mengapresiasi penyelenggaraan webinar yang diselenggarakan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang bertema “Serentak Bergerak Wujudkan Merdeka Belajar”.

Arief menuturkan bahwa terdapat lima hal yang membuat pendidikan menjadi sukses di antaranya adalah ketakwaan, kepribadian matang, ilmu mutakhir yang menghasilkan berprestasi, rasa kebangsaan, dan berwawasan global.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kemendikbudristek, Bahasa, E. Aminduin Aziz menjelaskan perbedaan pendidikan bahasa di setiap daerah yakni perbedaan taksonomi yang timbul dari keragaman budaya.

Aminduin Aziz menerangkan bahwa terdapat Laboratorum Kebinekaan yang dikembangkan Badan Bahasa untuk merumuskan berbagai materi bahan ajar. Disamping itu, Aziz menyinggung kompetensi yang harus dimiliki seorang tenaga pendidik. Kompetensi itu adalah pemahaman monocultural dan multicultural agar ketika para pendidik menjalankan proses pembelajaran, siswa dengan mudah memahami konteks pembelajaran. Sebab, guru telah mampu mengidentifikasi aspek monokultural dan multikultural dari kondisi kelas yang ia hadapi.

“Apakah siswa-siswa kita itu berasal dari budaya yang sama atau mereka berasal dari budaya yang berbeda, apakah monokultural atau multikultural, nah ini sangat penting,” jelasnya.

Pembicara lain yaitu Abdullah Alhadza, seorang pengamat pendidikan. Ia menjelaskan betapa pentingnya pendidikan yang berangkat dari filosofi budaya. Sebab, pendidikan yang tidak didasarkan oleh kebudayaan dapat menggradasi sebuah bangsa dan menjadikan bangsa tersebut dalam bayang-bayang bangsa lain.

Selanjutnya, Abdullah membagikan pengalaman hidupnya, dia bercerita bagaimana cita-cita anak-anak muda Fhilipina. Dulu, mereka adalah negara yang pernah dijajah oleh Amerika dan mereka begitu mendambakan dapat menjadi warga negara Amerika.

Lain lagi dengan pengalaman Abdullah saat berteman dengan pemuda asal Hongkong. Dari situ ia paham bahwa para generasi muda di sana lebih bangga dianggap sebagai British Collony dibandingkan sebagai warga Hongkong.

Abdullah menjelaskan bahwa di abad ke-21, terjadi berbagai dinamika perubahan. Di mana kita akan kesulitan untuk menjaga nilai-nilai warisan kita. “Kita diingatkan bahwa kita tidak mungkin bertahan dengan apa yang kita miliki apa yang kita warisi meski kita bisa merawatnya. Rawat nilai-nilai lama yang baik, kemudiaan jangan kita menutup diri untuk menerima nilai-nilai baru yang lebih baik,” pesannya.

Agenda

23 Januari 2024

Lokakarya Penyusunan Rencana Kerja Program dan Anggaran UNG Tahun 2024

.

16 Januari 2024

Seminar Pembukaan Seleksi Beasiswa LPDP

Seleksi Beasiswa LPDP Tahap I Tahun 2024, pukul 10.00 WITA di lantai 4 rektorat UNG

11 Januari 2024

Sosialisasi dan Promosi Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru

Sosialisasi dan Promosi SNPMB 2024 Perguruan Tinggi Negeri tahun 2024 UNG

9 Januari 2024

Penandatanganan MoU antara UNG dengan Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu

MOU MBKM PEMILU untuk Pendidikan Politik dan Pengawasan Partisipatif

Established
In

1993

as STKIP N. Gorontalo

Student
body

22350

from 27 province

Number of
Lecturers

894

from 85 majors

University
rank

13

at BLU Category

Keseluruhan

0

Hari Ini

0

Kemarin

0